BAB IV : KISAH HIDUP SAHABAT UMAR BIN KHATTAB RA
MATERI
BAB IV : KISAH HIDUP SAHABAT UMAR BIN KHATTAB
1.
Kisah Sahabat Umar bin Khattab r.a
Lahir pada tahun 581 M ayahnya bernama Khattab bin Nufail dan
ibunya bernama Khantamah binti Hasyim. Nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab
bin Nufail bin Abdul Uzza bin Rabbah bin Abdullah bin Qurt bin Rizzah bin Adi
bin Ka’ab. Umar bin Kattab masuk Islam pada tahun 608 M dalam usia 27 tahun.
Masa pemerintahan Umar bin Khattab disebut Futuhut Islamiyah. Umar bin Khattab
meninggal pada 1 Muharram 232 H karena dibunuh oleh Abu Lu’luah (budak dari
Persia). Menjadi khalifah pada tahun 13 H–23 H (634 M-644 M). Julukannya
adalah;
♦ Abu Faiz (orang yang memiliki kecerdasan)
♦ Abu Hafaas (tegas dalam pendirian)
♦ Singa gurun pasir (The Lion of The Dessert) / Asadullah
♦ Al-Faruq (pembeda)
♦ Perjuangan Umar bin Khattab setelah masuk Islam
♦ Mengumumkan keislamannya di hadapan kaum Quraisy
♦ Mengajak Rasulullah saw. untuk berdakwah secara terang-terangan
♦ Mendatangi tokoh-tokoh Quraisy untuk masuk Islam
♦ Mencurahkan seluruh hidupnya untuk membela Rasulullah saw.
♦ Selalu mengikuti setiap peperangan
Tatkala Umar bin al-Khaththab ra. diangkat menjadi Khalifah,
ditetapkanlah baginya tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada
Khalifah sebelumnya, yaitu Abu Bakar ra. Pada suatu saat, harga-harga barang di
pasar mulai merangkak naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti Usman, Ali, Thalhah,
dan Zubair berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang
berkata, “Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada Umar agar tunjangan
hidup untuk beliau
dinaikkan. Jika Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan
tunjangan hidup beliau.” Ali kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan
seperti ini diberikan pada waktu-waktu yang telah lalu.”Setelah itu, mereka
berangkat menuju rumah Umar. Namun, Utsman menyela seraya berkata, “Sebaiknya
usulan kita ini jangan langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi
isyarat lebih dulu melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, Umar
akan murka kepada kita.” Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada
Hafshah seraya memintanya
untuk bertanya kepada Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya
jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi
Khalifah Umar. “Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya
untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak
menyebutkan nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka. Ketika
Hafshah menanyakan hal itu kepada Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang
mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?” Hafshah menjawab, “Saya tidak
akan memberitahukan nama mereka sebelum ayah memberitahukan pendapat Ayah
tentang usulan itu”. Umar kemudian berkata lagi, “Demi Allah swt, andaikata aku
tahu siapa orang yang mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah
orang itu.” Setelah itu, Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi Saw.,
“Demi Allah swt, ketika Rasulullah Saw. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang
dimiliki oleh beliau di rumahnya?” Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya
mempunyai dua pakaian. Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan
satu lagi untuk dipakai sehari-hari.” Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan
yang dimiliki oleh Rasulullah?” Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan
roti yang kasar dan minyak samin.” Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah
mempunyai kasur di rumahnya?” Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya
mempunyai selimut tebal yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika
musim dingin tiba, separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi
digunakan sebagai alas tidur.”
Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada
mereka, bahwa Rasulullah Saw. selalu hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu
beliau bagikan kepada mereka yang berhak. Oleh karena itu, aku gunakan
mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abu
Bakar—adalah ibarat tiga orang yang sedang berjalan. Salah seorang di antara
ketiganya telah sampai di tempat tujuan, sedangkan yang kedua menyusul di belakangnya.
Setelah keduanya sampai, yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan
bekal kedua kawannya yang terdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang
ditinggalkan kedua kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung
dengan kedua kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh
jalan yang lain, ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”
(Sumber: Tarikh ath-Thabari, jilid I, hlm. 164)
2.
Keteladanan Umar bin Khattab r.a
Keteladanan yang dapat diambil dari kisah hidup Umar bin Khattab
r.a untuk diterapkan dalam kehidupan kita adalah :
a. Berani dan rela berkorban dalam membela kebenaran
b. Bersikap adil dalam memutuskan perkara hukum
c. Berjiwa besar dan dapat menghormati hak orang lain
d. Tegas dalam menentukan perkara yang hak dan batil
e. Sayang terhadap semua rakyatnya
f. Rendah hati dan mengutamakan aspek kesederhanaan dalam hidup
g. bersikap jujur dan amanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar