Kamis, 17 Mei 2018

Bab I materi akidah akhlak kelas IX Semester Genap


MATERI BAB 1 : BERIMAN KEPADA QODHA DAN QODAR ALLAH     
     1.      Pengertian Qodha dan  Qodar
Menurut bahasa “Qadha” berasal dari kata Qadha–Yaqdhii yang berarti memutuskan suatu perkara dengan ucapan atau perbuatan. Secara istilah Qadha berarti ketetapan, ketentuan atau keputusan Allah swt tentang suatu perkara sejak zaman azali (sebelum adanya alam ini) yang belum diketahui dan belum diterima oleh makhluknya.
Sedangkan menurut bahasa kata “Qadar” berasal dari lafaz Qadara–Yaqdiru yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Secara istilah Qadar berarti pembatasan Allah swt swt tentang sesuatu, dengan kata lain, Qadar berarti ukuran atau aturan yang diciptakan oleh Allah swt untuk perkara tersebut atau bisa juga berarti ketentuan atauu ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah swt atas Makhluk-Nya dan telah diterima serta telah berlaku bagi makhluknya.

     2.      Beriman Kepada Qodha dan Qodar Allah SWT
Beriman kepada Qadha dan Qadar berarti kita meyakini adanya ketentuan Allah swt yang berlaku buat manusia sebagai bukti dari kekuasaan Allah swt. Dengan kata lain iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluk-Nya, agar mausia bertambah kuat Akidahnya dan kesadarannya untuk taat dan tunduk kepada Allah swt. Perbuatan Allah swt berupa Qadar-Nya sesuai dengan ketentuan-Nya (Qadha-Nya) dan segala sesuatu itu sumbernya dari Allah swt, di dalam surat al-Ahzab: 36 Allah swt berfirman :
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata”(QS. Al-Ahzab : 36)
 
     3.      Kewajiban Beriman Kepada Qodha dan Qodar Allah SWT
Setiap muslim laki-laki maupun wanita wajib beriman kepada qadha dan qadar Allah swt. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “tidaklah beriman seseorang sebelum ia beriman kepada qadha dan qadar yang baik maupun yang buruk. Dan tidaklah ia beriman sebelum mengetahui bahwa sesungguhnya apa saja yang sudah dipastikan akan menimpanya tentu tidak akan melesat dari dirinya. Dan sesungguhnya apa saja yang dipastikan melesat dari dirinya pasti tidak akan menimpanya” (HR. Tirmidzi dari Jabir).
Penjelasan hadis tersebut dikuatkan pula oleh hadis yang isinya cukup panjang ketika Rasulullah Saw didatangi oleh Malaikat Jibril dalam sebuah majelis dan Jibril bertanya kepada beliau tentang tiga perkara, yaitu Islam, Iman dan Ihsan serta menanyakan tentang hari kiamat. Saat Rasulullah saw ditanya tentang iman maka beliaupun menjawab yang artinya :
Engkau beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya dan Hari Akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “.... (HR. Muslim)
Setiap orang mukallaf (dewasa) wajib meyakini dan memastikan bahwa seluruh perbuatan, ucapan, dan gerakannya, yang baik maupun yang jelek adalah terjadi karena adanya kehendak, takdir dan pengetahuan Allah swt. Namun perbuatan yang baik itu atas ridha Allah dan yang jelak itu bukan karena ridla-Nya. Setiap orang memiliki karsa untuk melakukan perbuatannya sesuai dengan kehendaknya. Ia akan mendapatkan pahala manakala yang dilakukan itu baik, dan akan mendapatka siksa manakala yang dilakukan itu jelek dan sama sekali tidak memiliki alasan untuk melakukan yang jelek itu. Sesungguhnya Allah swt tidak akan berbuat aniaya kepada hamba-Nya.

      4.      Hubungan Tentang Qodha dan Qodar
Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Jika Qadha adalah rencana dan ketetapan Allah swt sejak zaman azali, maka qadar adalah bentuk nyata perwujudan dari rencana dan ketetapan Allah swt. Jadi dengan demikian, hubungan keduanya ibarat hubungan antara rencana dan pelaksanaan dari rencana tersebut. Misalnya, ayah Ahmad berencana membeli sebuah sepeda sebagai hadiah jika nilai rapornya baik. Rencana ini dapat diibaratkan Qadha Allah swt terhadap makhluk-Nya. Sehingga ketika rencana membeli sepeda sebagai hadiah itu terlaksana, maka itulah yang dinamakan qadar-Nya. Qadar Allah swt selalu sesuai dengan qadha-Nya. Artinya, perbuatan Allah swt selalu sama dengan apa yang direncanakan dan ditetapkannya. Semua makhluk Allah swt telah ditetapkan perencanaan dan ketetapan mengenai apa yang akan mereka alami. Mengenai qadha dan qadar Allah swt ini tidak ada yang dapat mengetahuinya, kecuali Allah swt. Oleh karena itu, setiap makhluk harus selalu berusaha sebaik mungkin dan memohon kepada Allah swt agar diberikan nikmat kebaikan dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai firman Allah swt dalam surat al-An’am ayat  57:
قُلْ إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ ۚ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ الْحَقَّ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah swt. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang paling baik”.(QS. Al-An’am: 57)

       5.      Macam-macam Takdir
a.       Takdir Mubram
Takdir Mubram adalah ketentuan Allah swt yang pasti berlaku pada manusia dan tidak bisa dirubah. Allah swt zat yang maha Kuasa menentukan apa yang akan terjadi atas manusia di dunia ini, baik itu ketentuan yang baik maupun yang buruk bagi manusia adalah semata-mata ketentuan Allah swt. Firman Allah swt dalam Surat al-Hadid ayat 22 dikatakan:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: “tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
b.      Takdir Muallaq
Takdir muallaq adalah ketentuan Allah swt yang dapat di ubah dengan doa dan ikhtiar. Manusia adalah makhluk Allah swt yang mencipta, mengatur dan menguasai alam semesta. Manusia tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi atas dirinya sendiri, baik terhadap kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyusahkan. Manusia tidak dapat mengatakan bahwa besok akan terjadi hujan lebat. Mereka hanya akan memperkirakan berdasarkan pengalaman. Islam mensyariatkan, bahwa manusia wajib berusaha secara maksimal, sedangkan hasilnya ada pada kekuasaan Allah swt. Hal tersebut sesuai firman Allah swt dalm surat Ar- Ra’d ayat 11:
ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat di atas memberikan pesan kepada kita bahwa perubahan keadaan suatu perkara tersebut tergantung pada usaha yang dilakukannya. Oleh karena itu, manusia hendaknya berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang lebih baik dimasa depan.

       6.      Ciri-ciri orang yang beriman kepada Qodha dan Qodar
Orang yang beriman kepada qadla dan qadar harus memiliki sikap yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Diantara ciri-ciri perilaku orang yang beriman kepada qada dan qadar adalah:
a.       Senantiasa ikhtiar (berusaha) dalam mencapai keberhasilan
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Usaha ini adalah untuk mencapai sesuatu yang lebih baik bagi kehidupannya. Sebagai contoh
1. Pada saatnya manusia pasti mati
2. Seorang siswa yang ingin mencapai prestasi yang bagus maka ia harus rajin belajar.
Peristiwa pertama menunjukkan bahwa manusia tidak diberi kesempatan untuk berusaha, sehingga harus mengalami peristiwa tersebut. Sebaliknya peristiwa kedua menunjukkan bahwa manusia harus berusaha keberhasilan banyak dipengaruhi oleh kadar usaha yang dilakukan.
Dengan demikian dalam kenyataan hidup ini ada sesuatu yang tidak dapat diusahakan manusia dan adapula sesuatu yang tergantung dari usaha manusia.
b.      Senantiasa tawakkal pada Allah
Selain berikhtiar, langkah selanjutnya untuk mencapai apa yang diharapkan adalah bertawakkal kepada Allah swt. Tawakkal berarti berserah diri kepada Allah swt setelah berusaha semaksimal mungkin. Sikap tawakkal merupakan kesadaran diri bahwa apapun upaya yang kita lakukan maka hasilnya adalah terserah kepada keputusan Allah swt. Penyerahan diri kepada Allah swt ini harusnya disertai doa sehingga antara usaha dan doa haruslah seimbang. Allah swt berfirman dalam surat al-Imran ayat 159 yang artinya
“.... kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran: 159)
Bentuk kepasrahan diri (tawakkal) ini merupakan bukti bahwa manusia tidak ada daya dan upaya serta kekuatan untuk merubah atau memutuskan kehidupannya sendiri. Allah swt maha berkehendak dan maha berkuasa atas apapun yang terjadi di jagad alam raya ini. Namun Allah swt juga maha pemurah dan maha mengetahui, dengan kepasrahan sepenuhnya kepada Allah swt setelah berusaha dengan maksimal, maka Allah swt pasti akan mencukupi keperluan manusia.
c.       Ridho dan ikhlas terhadap segala perintah Allah swt
Orang yang beriman secara benar terhadap takdir akan memiliki ketenangan jiwa dan kestabilan emosi serta perasaan. Ia tidak mudah berbangga hati manakala usaha yang dilakukannya berhasil. Sebaliknya, ia juga tidak mudah susah dan putus asa manakala usahanya belum berhasil seperti yang diharapkan semua dikembalikan kepada kekuasaan Allah swt. Dia yang menguasai dan mengatur segalanya. Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 7:

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi : 7)
Dengan memahami ayat di atas, orang yang beriman secara benar terhadap takdir menyadari, bahwa semua ujian berasal dari Allah swt dengan bermacam-macam bentuknya. Ridha terhadap ketentuan dan kehendak Allah swt adalah wajib hukumnya dan merupakan tanda adanya iman pada diri seseorang.
Sikap seperti ini akan melahirkan sikap-sikap lain yang mulya, seperti tidak sombong, tidak semena-mena, tidak congkak serta menghargai yang lain. Semakin ia memiliki sifat dan sikap seperti itu, maka ia akan semakin tinggi nilai keimanannya di hadapan Allah swt.
d.      Tabah dan sabar dalam menghadapi musibah
Ketabahan dan kesabaran terhadap takdir Allah swt mutlak ada pada setiap manusia, dengan bentuk nyata tidak menggerutu, tidak menyesali akan nasib yeng telah menimpahnya dan tidak terlalu sedih dalam menghadapi cobaan dan takdir Allah swt. Kesedihan hati di saat menghadapi cobaan hidup dianggap sebagai hal yang wajar serta tidak berlarut-larut sampai putus asa, tidak memudarkan semangat dan tidak memusnahkan gairah hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah swt dalam surat Al-Hadid ayat 22-23 yang artinya :
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.  Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah swt.. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah swt tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

      7.      Perilaku yang Mencerminkan Keimanan Kepada Qodha dan Qodar
Keimanan kita terhadap qadha dan qadar Allah swt haruslah dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada qadha dan qadar bukan hanya diucapkan dan dihayati, namun lebih dari itu harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk bukti keimanan kita terhadap qadha dan qadar Allah swt yaitu:
a. Berjiwa qana’ah (rela menerima kenyataan hidup yang dialami dengan ikhlas)
b. Berani menghadapi persoalan hidup karena yakin semua yang dialami adalah ujian dari Allah swt 
c. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah swt ketika menghadapi kesulitan hidup  
d. Memiliki keberanian dalam berjuang menegakkan Islam karena yakin bahwa hidup dan mati ada pada kuasa Allah swt. 
e. Memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik 
f. Cukup tentram hidupnya karena merasa bahwa dirinya selalu dekat dengan Allah swt.
g. Mampu mengendalikan dirinya disaat duka maupun suka.

     8.      Manfaat Beriman Kepada Qodha dan Qodar
Manfaat dari beriman kepada qodha dan qodar ialah :
a. Sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah swt dan tawakkal
b. Pandai bersyukur dan tidak mudah sombong. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan selalu mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt kepada dirinya. 
c. Yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah swt, maka orang yang percaya qadha dan qadar Allah swt akan menerima dengan kelapangan hati atas segala yang menimpa dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Video so7