MATERI BAB 1 : BERIMAN KEPADA QODHA
DAN QODAR ALLAH
1.
Pengertian Qodha dan Qodar
Menurut bahasa “Qadha” berasal dari kata Qadha–Yaqdhii yang berarti
memutuskan suatu perkara dengan ucapan atau perbuatan. Secara istilah Qadha
berarti ketetapan, ketentuan atau keputusan Allah swt tentang suatu perkara
sejak zaman azali (sebelum adanya alam ini) yang belum diketahui dan belum
diterima oleh makhluknya.
Sedangkan
menurut bahasa kata “Qadar” berasal dari lafaz Qadara–Yaqdiru yang berarti
kuasa mengerjakan sesuatu. Secara istilah Qadar berarti pembatasan Allah swt
swt tentang sesuatu, dengan kata lain, Qadar berarti ukuran atau aturan yang diciptakan
oleh Allah swt untuk perkara tersebut atau bisa juga berarti ketentuan atauu ketetapan
yang telah ditentukan oleh Allah swt atas Makhluk-Nya dan telah diterima serta
telah berlaku bagi makhluknya.
2.
Beriman Kepada Qodha dan Qodar Allah SWT
Beriman kepada Qadha dan Qadar berarti kita meyakini adanya
ketentuan Allah swt yang berlaku buat manusia sebagai bukti dari kekuasaan
Allah swt. Dengan kata lain iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan
yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah swt telah menentukan tentang segala
sesuatu bagi makhluk-Nya, agar mausia bertambah kuat Akidahnya dan kesadarannya
untuk taat dan tunduk kepada Allah swt. Perbuatan Allah swt berupa Qadar-Nya
sesuai dengan ketentuan-Nya (Qadha-Nya) dan segala sesuatu itu sumbernya dari
Allah swt, di dalam surat al-Ahzab: 36 Allah swt berfirman :
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula)
bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata”(QS. Al-Ahzab : 36)
3.
Kewajiban Beriman Kepada Qodha dan Qodar Allah SWT
Setiap muslim laki-laki maupun wanita wajib beriman kepada qadha
dan qadar Allah swt. Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “tidaklah beriman
seseorang sebelum ia beriman kepada qadha dan qadar yang baik maupun yang
buruk. Dan tidaklah ia beriman sebelum mengetahui bahwa sesungguhnya apa saja
yang sudah dipastikan akan menimpanya tentu tidak akan melesat dari dirinya.
Dan sesungguhnya apa saja yang dipastikan melesat dari dirinya pasti tidak akan
menimpanya” (HR. Tirmidzi dari Jabir).
Penjelasan hadis tersebut dikuatkan pula oleh hadis yang isinya
cukup panjang ketika Rasulullah Saw didatangi oleh Malaikat Jibril dalam sebuah
majelis dan Jibril bertanya kepada beliau tentang tiga perkara, yaitu Islam,
Iman dan Ihsan serta menanyakan tentang hari kiamat. Saat Rasulullah saw
ditanya tentang iman maka beliaupun menjawab yang artinya :
“Engkau beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya dan Hari Akhir dan engkau beriman kepada
takdir yang baik maupun yang buruk “.... (HR. Muslim)
Setiap orang mukallaf (dewasa) wajib meyakini dan memastikan bahwa
seluruh perbuatan, ucapan, dan gerakannya, yang baik maupun yang jelek adalah
terjadi karena adanya kehendak, takdir dan pengetahuan Allah swt. Namun
perbuatan yang baik itu atas ridha Allah dan yang jelak itu bukan karena
ridla-Nya. Setiap orang memiliki karsa untuk melakukan perbuatannya sesuai
dengan kehendaknya. Ia akan mendapatkan pahala manakala yang dilakukan itu
baik, dan akan mendapatka siksa manakala yang dilakukan itu jelek dan sama
sekali tidak memiliki alasan untuk melakukan yang jelek itu. Sesungguhnya Allah
swt tidak akan berbuat aniaya kepada hamba-Nya.
4.
Hubungan Tentang Qodha dan Qodar
Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Jika Qadha adalah
rencana dan ketetapan Allah swt sejak zaman azali, maka qadar adalah bentuk
nyata perwujudan dari rencana dan ketetapan Allah swt. Jadi dengan demikian,
hubungan keduanya ibarat hubungan antara rencana dan pelaksanaan dari rencana
tersebut. Misalnya, ayah Ahmad berencana membeli sebuah sepeda sebagai hadiah
jika nilai rapornya baik. Rencana ini dapat diibaratkan Qadha Allah swt
terhadap makhluk-Nya. Sehingga ketika rencana membeli sepeda sebagai hadiah itu
terlaksana, maka itulah yang dinamakan qadar-Nya. Qadar Allah swt selalu sesuai
dengan qadha-Nya. Artinya, perbuatan Allah swt selalu sama dengan apa yang
direncanakan dan ditetapkannya. Semua makhluk Allah swt telah ditetapkan
perencanaan dan ketetapan mengenai apa yang akan mereka alami. Mengenai qadha
dan qadar Allah swt ini tidak ada yang dapat mengetahuinya, kecuali Allah swt.
Oleh karena itu, setiap makhluk harus selalu berusaha sebaik mungkin dan
memohon kepada Allah swt agar diberikan nikmat kebaikan dalam kehidupan di
dunia dan akhirat. Hal ini sesuai firman Allah swt dalam surat al-An’am
ayat 57:
قُلْ
إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ ۚ مَا عِنْدِي مَا
تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ الْحَقَّ ۖ
وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku berada di atas hujjah
yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada
padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah swt. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
pemberi keputusan yang paling baik”.(QS. Al-An’am: 57)
5.
Macam-macam Takdir
a.
Takdir
Mubram
Takdir Mubram
adalah ketentuan Allah swt yang pasti berlaku pada manusia dan tidak bisa dirubah.
Allah swt zat yang maha Kuasa menentukan apa yang akan terjadi atas manusia di dunia
ini, baik itu ketentuan yang baik maupun yang buruk bagi manusia adalah
semata-mata ketentuan Allah swt. Firman Allah swt dalam Surat al-Hadid ayat 22
dikatakan:
مَا أَصَابَ مِنْ
مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ
نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya: “tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
b.
Takdir
Muallaq
Takdir muallaq
adalah ketentuan Allah swt yang dapat di ubah dengan doa dan ikhtiar. Manusia
adalah makhluk Allah swt yang mencipta, mengatur dan menguasai alam semesta. Manusia
tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi atas dirinya sendiri, baik terhadap
kejadian yang menyenangkan maupun kejadian yang menyusahkan. Manusia tidak
dapat mengatakan bahwa besok akan terjadi hujan lebat. Mereka hanya akan
memperkirakan berdasarkan pengalaman. Islam mensyariatkan, bahwa manusia wajib
berusaha secara maksimal, sedangkan hasilnya ada pada kekuasaan Allah swt. Hal
tersebut sesuai firman Allah swt dalm surat Ar- Ra’d ayat 11:
ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”.
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ayat di atas memberikan pesan kepada kita bahwa perubahan
keadaan suatu perkara tersebut tergantung pada usaha yang dilakukannya. Oleh
karena itu, manusia hendaknya berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil
yang lebih baik dimasa depan.
6.
Ciri-ciri orang yang beriman kepada Qodha dan Qodar
Orang yang beriman kepada qadla dan qadar harus memiliki sikap yang
positif dalam kehidupan sehari-hari. Diantara ciri-ciri perilaku orang yang
beriman kepada qada dan qadar adalah:
a.
Senantiasa
ikhtiar (berusaha) dalam mencapai keberhasilan
Ikhtiar adalah
usaha manusia untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Usaha ini adalah untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik bagi kehidupannya. Sebagai contoh
1. Pada saatnya manusia pasti mati
2. Seorang siswa yang ingin mencapai prestasi yang bagus maka ia
harus rajin belajar.
Peristiwa
pertama menunjukkan bahwa manusia tidak diberi kesempatan untuk berusaha, sehingga
harus mengalami peristiwa tersebut. Sebaliknya peristiwa kedua menunjukkan
bahwa manusia harus berusaha keberhasilan banyak dipengaruhi oleh kadar usaha
yang dilakukan.
Dengan demikian
dalam kenyataan hidup ini ada sesuatu yang tidak dapat diusahakan manusia dan
adapula sesuatu yang tergantung dari usaha manusia.
b.
Senantiasa
tawakkal pada Allah
Selain
berikhtiar, langkah selanjutnya untuk mencapai apa yang diharapkan adalah
bertawakkal kepada Allah swt. Tawakkal berarti berserah diri kepada Allah swt
setelah berusaha semaksimal mungkin. Sikap tawakkal merupakan kesadaran diri
bahwa apapun upaya yang kita lakukan maka hasilnya adalah terserah kepada
keputusan Allah swt. Penyerahan diri kepada Allah swt ini harusnya disertai doa
sehingga antara usaha dan doa haruslah seimbang. Allah swt berfirman dalam
surat al-Imran ayat 159 yang artinya
“.... kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran: 159)
Bentuk
kepasrahan diri (tawakkal) ini merupakan bukti bahwa manusia tidak ada daya dan
upaya serta kekuatan untuk merubah atau memutuskan kehidupannya sendiri. Allah
swt maha berkehendak dan maha berkuasa atas apapun yang terjadi di jagad alam
raya ini. Namun Allah swt juga maha pemurah dan maha mengetahui, dengan
kepasrahan sepenuhnya kepada Allah swt setelah berusaha dengan maksimal, maka
Allah swt pasti akan mencukupi keperluan manusia.
c.
Ridho
dan ikhlas terhadap segala perintah Allah swt
Orang yang
beriman secara benar terhadap takdir akan memiliki ketenangan jiwa dan
kestabilan emosi serta perasaan. Ia tidak mudah berbangga hati manakala usaha
yang dilakukannya berhasil. Sebaliknya, ia juga tidak mudah susah dan putus asa
manakala usahanya belum berhasil seperti yang diharapkan semua dikembalikan
kepada kekuasaan Allah swt. Dia yang menguasai dan mengatur segalanya.
Sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Kahfi ayat 7:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا
عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS.
Al-Kahfi : 7)
Dengan memahami
ayat di atas, orang yang beriman secara benar terhadap takdir menyadari, bahwa
semua ujian berasal dari Allah swt dengan bermacam-macam bentuknya. Ridha
terhadap ketentuan dan kehendak Allah swt adalah wajib hukumnya dan merupakan
tanda adanya iman pada diri seseorang.
Sikap seperti
ini akan melahirkan sikap-sikap lain yang mulya, seperti tidak sombong, tidak semena-mena,
tidak congkak serta menghargai yang lain. Semakin ia memiliki sifat dan sikap seperti
itu, maka ia akan semakin tinggi nilai keimanannya di hadapan Allah swt.
d.
Tabah
dan sabar dalam menghadapi musibah
Ketabahan dan
kesabaran terhadap takdir Allah swt mutlak ada pada setiap manusia, dengan bentuk
nyata tidak menggerutu, tidak menyesali akan nasib yeng telah menimpahnya dan
tidak terlalu sedih dalam menghadapi cobaan dan takdir Allah swt. Kesedihan
hati di saat menghadapi cobaan hidup dianggap sebagai hal yang wajar serta
tidak berlarut-larut sampai putus asa, tidak memudarkan semangat dan tidak
memusnahkan gairah hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan
firman Allah swt dalam surat Al-Hadid ayat 22-23 yang artinya :
“Tiada suatu
bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan
telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah swt.. (kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah swt tidak menyukai setiap
orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
7.
Perilaku yang Mencerminkan Keimanan Kepada Qodha dan Qodar
Keimanan kita terhadap qadha dan qadar Allah swt haruslah dapat
dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Iman kepada qadha dan qadar bukan hanya
diucapkan dan dihayati, namun lebih dari itu harus diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Beberapa bentuk bukti keimanan kita terhadap qadha dan
qadar Allah swt yaitu:
a. Berjiwa
qana’ah (rela menerima kenyataan hidup yang dialami dengan ikhlas)
b. Berani
menghadapi persoalan hidup karena yakin semua yang dialami adalah ujian dari
Allah swt c. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah swt ketika menghadapi kesulitan hidup
d. Memiliki keberanian dalam berjuang menegakkan Islam karena yakin bahwa hidup dan mati ada pada kuasa Allah swt.
e. Memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik
f. Cukup tentram hidupnya karena merasa bahwa dirinya selalu dekat dengan Allah swt.
g. Mampu
mengendalikan dirinya disaat duka maupun suka.
8.
Manfaat Beriman Kepada Qodha dan Qodar
Manfaat dari beriman kepada qodha dan qodar ialah :
a. Sabar dalam
menghadapi cobaan dari Allah swt dan tawakkal
b. Pandai
bersyukur dan tidak mudah sombong. Orang yang beriman kepada qadha dan qadar akan
selalu mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt kepada
dirinya. c. Yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah swt, maka orang yang percaya qadha dan qadar Allah swt akan menerima dengan kelapangan hati atas segala yang menimpa dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar